investigasihukumkriminal – Sebuah potongan video yang menampilkan komika Pandji Pragiwaksono tengah melontarkan materi stand-up comedy yang diduga menghina adat dan budaya Suku Toraja viral di media sosial, khususnya TikTok. Dalam video tersebut, Pandji menyebut bahwa masyarakat Toraja kerap memaksakan diri menggelar pesta kematian yang mewah, yang menurutnya menyebabkan kemiskinan TikTok.
Pernyataan tersebut memicu gelombang kemarahan dari masyarakat Toraja di berbagai daerah. Mereka menilai pernyataan Pandji tidak berdasar, merendahkan nilai-nilai budaya, dan berpotensi memecah belah kerukunan bangsa. Tradisi Rambu Solo’, yang menjadi sorotan dalam materi Pandji, sejatinya merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal, bukan sekadar pesta SuaraSulsel.id.
Salah satu kecaman keras datang dari Piter Higo, Ketua Umum Garuda Untuk Rakyat (GUNTUR) sekaligus Ketua Pengembangan Organisasi Prabu Pinisi Indonesia. Dalam pernyataannya, Piter Higo yang berdarah Bugis-Makassar-Toraja menyatakan kemarahan dan mengutuk tindakan Pandji.
“Kami sangat mengutuk tindakan yang dilakukan oleh Saudara Pandji Pragiwaksono,” tegas Piter Higo.
Ia menilai bahwa di tengah situasi nasional yang membutuhkan keharmonisan, pernyataan seperti itu justru memperkeruh keadaan. “Negara kita saat ini dalam kondisi yang kurang baik. Harusnya kita membantu Presiden Prabowo menciptakan situasi yang harmonis, bukan menambah kerumitan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Piter menegaskan bahwa tidak ada satu pun suku di Indonesia yang pantas dihina. “Suku apapun itu yang ada di NKRI tidak boleh dihina, karena kita adalah satu kesatuan budaya bangsa yang tak terpisahkan,” tambahnya.
Piter Higo bersama Ketua Dewan Penasehat GUNTUR, Prof. Dr. Agus Salim, S.H., M.H., mendesak pihak kepolisian untuk segera menindaklanjuti kasus ini. Mereka meminta agar Pandji diproses secara hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta mempertimbangkan sanksi adat dari masyarakat Toraja.
“Pandji Pragiwaksono harus mendapatkan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya dalam hukum negara, dan juga hukum adat Toraja,” tegas Piter.
Kasus ini menjadi perhatian serius karena menyentuh isu sensitif Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA). Banyak pihak khawatir, jika tidak segera ditangani, hal ini dapat memicu konflik horizontal dan merusak persatuan bangsa.
Sampai saat ini, Pandji Pragiwaksono belum memberikan klarifikasi resmi terkait video tersebut. Sementara itu, desakan agar ia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka terus menguat dari berbagai komunitas dan pemerhati budaya.
