
investigasihukumkriminal – Di hari kelima rangkaian kegiatan kemanusiaan, Kompi 1 Batalyon D Pelopor Satbrimob Polda Jabar kembali menunjukkan dedikasi tanpa pamrih. Dipimpin Danton 4 Kompi 1 Aipda Dian Feri Ardiansyah, personel Brimob bersama BPBD Kabupaten Garut dan Komunitas Vertical Rescue Indonesia melanjutkan proses pembangunan pondasi jembatan di atas Sungai Cikaengan—sebuah pekerjaan yang bukan hanya berbicara tentang beton dan besi, tetapi tentang harapan masyarakat dua desa.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol. Hendra Rochmawan S.I.K., M.H mengatakan bahwa Jembatan yang menghubungkan Desa Toblong dan Desa Sukanagara ini merupakan jalur vital bagi warga untuk bekerja, bersekolah, mendapatkan layanan kesehatan, hingga sekadar bersilaturahmi. Setelah terputus akibat bencana, masyarakat harus menempuh jarak lebih jauh dengan risiko tinggi hanya untuk berpindah desa.
Kini, lewat kerja keras tim gabungan, jembatan itu perlahan bangkit kembali.
Di bawah terik matahari dan deru sungai yang deras, para personel bekerja bahu-membahu—mengangkat material, menyiapkan fondasi, memastikan kekokohan struktur, dan yang terpenting, menghadirkan kembali rasa aman bagi warga. Meski berada jauh dari keluarga di hari Minggu, semangat pengabdian tetap terpancar kuat.
Dansat Brimob Polda Jabar Kombes Pol. Donyar Kusumadji, S.I.K., memberikan apresiasi mendalam kepada seluruh personel dan unsur terkait atas kerja keras yang dilakukan, “Saya memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada anggota Kompi 1 Batalyon D Pelopor, BPBD Garut, dan rekan-rekan Vertical Rescue Indonesia yang telah bekerja tanpa mengenal lelah.” ujarnya.
“Upaya ini bukan hanya pembangunan jembatan, tetapi pembangunan kembali harapan masyarakat Toblong dan Sukanagara. Saya bangga melihat semangat, ketulusan, dan kedisiplinan personel Brimob dalam setiap langkah pengabdian. Kami akan terus hadir untuk masyarakat, kapan pun dan di mana pun dibutuhkan.” kata Donyar Kusumadji.
Pembangunan pondasi jembatan di Sungai Cikaengan masih akan terus dilanjutkan hingga jembatan tersebut kembali dapat digunakan dengan aman. Bagi warga dua desa, jembatan ini bukan hanya fasilitas fisik—melainkan simbol pemersatu, bukti bahwa gotong royong dan kepedulian masih menjadi kekuatan terbesar bangsa.
